Jun 18, 2013

Siapa bilang menjadi supir bus di kota-kota besar itu mudah? 


Beberapa hari lalu saya membawa beberapa saudara saya yang semuanya wanita ke arah pusat kota yang ramai dan terkenal macet. Sepanjang perjalanan banyak terdengar pembicaraan ke 5 orang wanita didalam mobil. Pada saat kendaraan mulai mendekati pusat kota, saya mulai merasakan keriuhan lalu lintas yang semakin tidak teratur dan pengendara sepeda motor yang saling memotong dan membuat mobil-mobil di sekitarnya harus extra hati-hati supaya tidak menyenggol mereka. Belum lagi para angkutan umum (misalnya angkot, metro mini atau kopaja) yang berhenti seenaknya tanpa memikirkan kendaraan yang juga terhenti di belakangnya. Ditambah keriuhan di dalam kendaraan saya sendiri dimana para wanita saling berebut bicara. Saya mulai merasa tingkat stress meningkat di kepala dan membuat saya mendadak lelah. 

Tiba di sebuah lampu merah, sebuah bus berhenti sejajar dengan kendaraan saya dan saya melihat supir bus itu sedang menyeka wajahnya dan dia tampak lelah juga. Hal itu membuat saya menjadi berpikir. Selama ini saya suka gusar atau marah pada bus-bus yang berhenti sembarangan dan menghalangi perjalanan saya. Tapi tidak pernah terlintas di pikiran saya bagaimana para supir bus itu menghadapi kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas setiap harinya. 

Bayangkan, 1 kendaraan berisi 5 wanita saja sudah berisik, apalagi dengan bus kota yang paling tidak berisi 20 orang didalamnya? Belum lagi mendengar suara pengamen didalam bus, suara teriakan-teriakan kondektur yang mencoba berkomunikasi dengan supir dan penumpang sekaligus? Lalu menghadapi para pengendara motor yang mencoba menyalip bus di jalur yang sempit. Ditambah lagi dengan teriakan pengendara mobil lain yang merasa terhambat perjalanannya pada saat bus harus berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang? Tentunya tingkat stress para supir bus itu jauh melebihi apa yang saya rasakan di saat saya mengendarai mobil pribadi saya bersama dengan 5 penumpang saat itu.

Setelah saya pikirkan lagi dan mencoba menaruh diri saya ke dalam posisi para supir bus itu, saya merasa tidak akan mampu menghadapi tingkat stress yang tinggi setiap harinya seperti mereka. Ternyata tidak mudah menjadi supir bus seperti mereka. Apalagi kalau fasilitas lalu lintas tidak mempermudah perjalanan mereka dan para penumpang juga kurang berdisiplin dalam menggunakan transportasi umum tersebut. Bus-bus besar juga tidak bisa berhenti di jalurnya karena banyaknya angkot atau kendaraan umum/pribadi lainnya yang parkir di sepanjang jalan.

Alangkah baiknya kalau semua bus besar itu mempunyai jalur sendiri dan berhenti selalu di halte bus yang disediakan. Kita pun sebagai penumpang bus harus diajarkan lebih disiplin untuk tidak menghentikan bus dimana saja. Sehingga supir-supir bus tidak perlu mendapat makian dari pengendara lain pada saat dia menghentikan kendaraannya untuk menaikkan atau menurunkan penumpangnya. Selain itu, bila angkutan umum lain maupun kendaraan pribadi tidak parkir berlama-lama di jalur bus, maka sang supir tidak perlu menurunkan penumpang di jalur berikutnya yang menghambat kendaraan lain di belakangnya. 

Marilah kita mulai membenahi kesemrawutan lalu lintas di negara kita. Dimulai dari diri kita sendiri. Belajar untuk mulai menggunakan halte bus untuk memanggil angkutan umum. Kalau kita sendiri sebagai penumpang sudah berdisiplin untuk tidak menghentikan angkutan umum dimana saja, otomatis para angkutan umum akan mengambil atau menurunkan penumpang di halte bus yang sudah disediakan. 

Tidak hanya para supir bus yang harus bertanggung jawab dengan kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas di kota kita, tapi juga mentalitas semua para pengguna jalan dan pengguna angkutan umum yang harus lebih tertib dan disiplin.  

Untuk pengendara kendaraan pribadi, belajar menghargai jalur angkutan umum, tidak parkir seenaknya yang menutupi jalur bus supaya tidak menghalangi para angkutan umum beroperasi. Setiap kendaraan menggunakan jalur yang sudah ditentukan. 
Saya yakin bila itu semua sudah bisa dilakukan, akan mengurangi kemacetan yang tidak penting dan memperlancar perjalanan setiap pengguna jalan. Tingkat kecelakaan bus, baik yang melibatkan kendaraan lain atau pun sesama bus, juga akan berkurang.  Mentalitas dan pola pikir para supir bus akan berubah lebih  bertenggang rasa terhadap pengendara lain. Otomatis hal tersebut juga akan menurunkan tingkat stress para supir-supir bus yang selama ini harus mereka tanggung setiap hari,
Supir bus juga manusia loh....:)

Semoga bermanfaat!! Shallom!!!



No comments: